Tradisi Pencatatan Nasab Dzuriah Nabi Muhammad SAW – Seminar Prodi S2 Sejarah Peradaban Islam

 

Tradisi Pencatatan Nasab Dzuriah Nabi Muhamamd SAW

[PASCAUINBDG] Jumat, 31 Maret 2023

Nuansa Ramadhan yang kian melekat, hangat dan penuh Rahmat-Nya, Bulan yang penuh dengan pahala menandakan setiap kebaikan yang kita lakukan akan berbuah berkah dan pahala dari Allah SWT.  Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam menjadi salah satu yang memanfaatkan moment berkah dibulan ini, melalui kajian ilmu pengetahuan. Dengan mengangkat tema “Tradsi Pencatatan Nasab Dzuriah Nabi Muhamamd SAW, kegiatan seminar ini dilaksanakan di Cinema Auditorium Gedung Pascasarjana UIN Bandung. 

Kegiatan ini diawali dengan rangkaian acara pembuka yang dipandu oleh Master of Ceremony, dan diakhiri oleh pemaparan dari Direktur Pascasarjana Prof.Dr.H. Supiana, M.Ag CSEE sekaligus membuka kegiatan seminar ini. Dalam penyampaiannya beliau menjelaskan terkait dukungan yang begitu hangat dengan terlaksananya kegiatan pada kali ini, mengundang pemateri dari luar kampus membuktikan mendapatkan ilmu dapat melalui kolaborasi dan studi banding, berikut pemateri yang akan hadir disini merupakan praktisi dari keahliannya masing-masing. Direktur Pascasarjana UIN Bandung selain daripada peresmi / atau pembuka kegiatan seminar ini juga selaku Keynote Speaker, dalam materinya menyampaikan bahwa pemaknaan nasab dalam hal ini nasab Rasulullah SAW perlu dipahami dengan betul dan teliti, dengan adanya seminar ini diharapkan kekeliruan yang sering terjadi dimasyarakat dapat diluruskan pada penyampaian para pemateri. Dan kegiatan seminar pun dilaksanakan.

Sofyan Setio, S.Hum., M.A hadir sebagai pemateri yang pertama, dalam bentuk kolaborasinya mengatasnamakan Sufian Institute bersama Pascasarjana UIN Bandung, beliau mendukung kegiatan ini dengan menyampaikan materi terkait “Aktivitas Thariqah Alawiyah dalam Manhaj Kajian Nasab Kitab Salaf Hadramau Yaman”. Sebagai salah satu aktivis  Thariqah Awaliyah dan Kajian Timur Tengah, beliau menyampaikan materinya dengan baik dan konservatif. Thariqah Awaliyah menurut beliau merupakan salah satu bukti penyebar luasan agama islam di Indonesia. Fakta yang beliau kemukakan merupakan dokumentasi wilayah-wilayah di Indonesia seperti pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi yang memang sudah menjadi bagian dari Thariqah ini. ujarnya terlepas dari sisi keorganisasian, berasaskan islam menjadi bukti bahwa dengan adanya pencatatan nasab ini memiliki arah tujuan kepada penyampaian ilmu.

Pemahaman urgensi nasab pada sanad ilmu juga menjadi concern  dari Thariqah Awaliyah, Faktanya pemahaman ini menjadi bagian dari pendidikan anak usia dini, selain daripada pembelajaran menuju hafidz Quran. Penalaran tentang nasab Rasulallah bahkan nasab masing-masing anak. Pendidikan ini dirasa penting untuk mengolah pemahaman bahwa sanad ilmu itu menjadi landasan sumber yang kuat bagi kategori guru yang Mursyid. Hal ini pun ditegaskan oleh Prof.Dr.H.Ajid Thohir, M.A selaku pemateri selanjutnya. beliau mengartikan sanad ilmu sebagai silsilah guru. Ilmu Rohaniyah tidak bisa didapatkan secara otodidak pada masa kini seperti halnya science, lebih tepatnya berkaitan dengan Akal dan Pikiran yang harus sangat diperhatikan.

Alasan penyampaian itu adalah kolerasi antara thariqah dengan tassawuf. Beliau menyampaikan bahwa silsilah guru yang berkompetensi mursyid akan menyampaikan ilmu yang baik dengan penyampaian yang baik, implikasinya terhadap murid akan mengaplikasikan dengan baik, maka dari itu hal ini tentang akhlaq. Muara dari para sufi adalah Ihsan yang diawali dari pembentukan akhlaq. maka dari itu kedua hal ini tidak bisa saling terpisahkan. Sejarah membuktikan eksistensi penulisan nasab ini memiliki dampak yang besar pada penyebaran agama islam, sesuai dengan penyampaian Pemateri selanjutnya yakni Dr. H. Asep Ahmad Hidayat, M.Ag yang menyampaikan dalam perspektif sejarah. beliau menegaskan bahwa pencatatan ini sudah menjadi tradisi sejak abad ke15 dimana dinasti Otoman sedang berjaya. sejarah membuktikan bahwa penyebaran agama islam menjadi lebih terstruktur dengan adanya sanad ilmu / silsilah guru itu sendiri. Titik temu bukti sanad ilmu berpengaruh besar pada penyebaran agama islam dapat dibuktikan di negara-negara Islam, selain dari Asia Tenggara dan Asia Selatan yang memiliki populasi Umat islam yang besar. Tiongkok yang saat ini didominasi oleh konghucu dan atheis pun dulunya pernah menjadi bagian dari ekspansi islam melalui keturunan-keturunan Rasulullah SAW. Diakhir penyampaian materi beliau menyampaikan bahwa pencatatan ini memang harus dilaksanakan secara tertib dan sangat ketat, bahkan ujarnya dengan adanya teknologi yang sudah modern seperti test DNA pun serasa belum cukup untuk menentukan nasab itu sendiri.

Pencatatan nasab ini menjadi lebih beragam dari aspek penggunaan metodenya, Menurut Abuya K.H Ahmad Hasan sebagai pemateri terakhir dan juga sebagai Kasepuhan PP Benda Kerep Cirebon dan Perwakilan dari Nasab Azmath Khan mengatakan bahwa metode pencatatan ini pun diaplikasikan pada nasab wali songo yang merupakan penyebar luas ajaran islam di tanah Jawa, beliau menyebut bahwa hampir 75% ulama di Indonesia merupakan keturunan atau memiliki nasab kepada Wali Songo. sebagai bukti suksesnya para wali dalam menyebarkan ajaran Islam dan diturunkan dari generasi ke generasi hingga di tanah Jawa, Umat Muslim menjadi mayoritas dengan populasi terbanyak.Kegiatan ini diakhiri dengan khidmat melalui Doa, dilanjut pada pemberian Cinderamata kepada Pascasarjana dan para Pemateri, yang selanjutnya diakhiri dengan foto bersama.

Leave a Reply