Membuat Jurnal Itu Harus Nekat

[www.uinsgd.ac.id] Masyarakat akademisi UIN Sunan Gunung Djati Bandung nampaknya membutuhkan dorongan agar maksimal dalam menulis karya ilmiah dan mempublikasikannya pada jurnal (terakreditasi). Ini penting untuk mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitian secara sistematis dan metodologis; mentransformasi pengetahuan pada masyarakat luas; dan pembuktian potensi dalam menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah. Targetnya untuk pengembangan diri, lembaga (UIN SGD), dan bangsa.

“Sebenarnya itu mudah, yang penting mau untuk memulainya. Kami Pusat Penelitian di UIN SGD sangat berkepentingan dengan jurnal ini, karena kami punya obsesi kuat untuk mempublikasikan hasil penelitian para dosen,” ujar Ketua Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN SGD, Dr Wahyudin Darmalaksana, M.Ag, Selasa (07/03/2017).  

Menurut Dr Yudi –panggilan akrab Wahyudin Darmalaksana— sumber daya manusia (SDM) di UIN Bandung sangat potensial, karena punya kemampuan menulis plus membuat jurnal ilmiah. Tapi dalam faktanya, mengapa jarang “terlihat” di dunia? Penyebabnya mungkin banyak, di antaranya kurang sensitif mengenai pentingnya jurnal ilmiah. “Jadi, yang sangat penting adalah punya itikad ingin membuat jurnal yang bagus,” kata Dr Yudi.

Ditanya, apakah kurang didukung kebijakan pimpinan atau minimnya pendanaan? Yudi menjawab, “Nah, sebenarnya dari jiwa sensitif tadi akan memunculkan kebijakan, termasuk dukungan pendanaan secara maksimal. Kalau sudah begitu akan melahirkan komitmen yang kuat dari semua pihak, baik pimpinan, pengelola jurnal, maupun para penulis.”

Menurut Dr Yudi, maksimalnya pendanaan tidak serta merta bisa membuat jurnal menjadi bagus, kalau jiwanya tidak sensitif. “Secara matematis oke, tapi tidak otomatis bagi perbaikan sebuah jurnal kalau tidak dibarengi itikad yang kuat, ketekunan, dan mampu memelihara komitmen. Dan, jangan salah bahwa mengelola jurnal itu harus nekat!” tegas Yudi, yang juga menjadi Chief Editor Jurnal Perspektif yang sudah terindeks MORAREF, sebuah portal akademik yang diinisiasi oleh Kemenag untuk mendorong dan membantu digitalisasi dan indeksasi jurnal ilmiah di lingkungan PTKI.

Gagasan Dr Yudi mendapat dukungan penuh dari Wakil Rektor IV UIN SGD Bandung Prof Dr H Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, MT. Ia memberikan motivasi kepada seluruh dosen untuk terus membiasakan menulis karya tulis ilmiah. “Kuncinya, keberanian dan percaya diri untuk terus pempublikasikan hasil tulisan atau penelitiannya,” kata Prof Ali  di hadapan para peserta pelatihan menulis karya ilmiah yang digelar oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN SGD, Selasa (07/03/2017).

Menurut  Prof Ali, menulis jurnal ilmiah merupakan bagian dari kewajiban “fardlu ain” bagi dosen. “Apalagi jika mempublikasikannya di jurnal terakreditasi, itu sudah luar biasa. Yaitu tadi,  modalnya keberanian dan percaya diri,” kata Prof Ali, yang sekaligus  menjadi narasumber pelatihan menulis karya ilmiah pada sekolah jurnal yang diikuti oleh belasan dosen pemula.

Dalam pertemuan pertama, Prof Ali memandu praktik membuat abstrak, yang memuat indikator:  tujuan, metodologi, hasil, simpulan. Sekolah ini disiapkan untuk target pencapaian jumlah publikasi artikel jurnal. Sekolah menulis artikel jurnal ini dibagi ke dalam tiga kelas: kelas satu bagi mereka yang menulis dari nol; kelas dua bagi mereka yang sudah memiliki bahan tulisan; kelas ketiga bagi yang sudah final dan tulisanya siap dipublikasikan ke jurnal terakreditasi.(Nanang Sungkawa)

Related Posts

Leave a Reply