Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sebagai sebuah lembaga kependidikan, tentu mengemban tugas mulia untuk mengembangkan berbagai aspek dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Ketersediaan sarana maupun prasarana di lingkungan kampus, tidak lain bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa maupun civitas akademik dalam mewujudkan hal tersebut. Salah satu peran yang dioptimalisasi yakni sebagai agen penghasil praktisi keilmuwan yang berkompeten dan memiliki kapabilitas mumpuni serta daya juang tinggi berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung kembali menggelar sidang senat terbuka untuk promosi doktor pada hari Selasa, 23 Juli 2024. Pada sidang ini, Abdul Wasik hadir sebagai promovendus yang diuji secara terbuka untuk meraih gelar doktor di bidang Studi Agama-Agama. Acara ini berlangsung dengan khidmat dan penuh antusiasme di kalangan akademisi dan tamu undangan.
Tim penguji pada sidang senat terbuka ini terdiri dari para akademisi terkemuka di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Prof. Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Ag. bertindak sebagai Ketua Sidang . Prof. Dr. H. Dody S. Truna, MAmenjabat sebagai Ketua Promotor, didampingi oleh Prof. Dr. H. M. Yusuf Wibisono, M.Ag dan Prof. Dr. Husnul Qodim, S.Ag., M.A sebagai anggota promotor. Para oponen ahli yang hadir untuk menguji adalah , Prof. Dr. H. Dindin Solahudin, MA, , Dr. Cucu Setiawan, S.Psi., M.Ag., dan Dr. Dadang Darmawan, M.A. Serta Prof. Dr. H. Asep Mühyiddin, M.Ag. sebagai representasi Guru Besar
Abdul Wasik mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Studi Perilaku Keagamaan Difabel di Kota Bandung” di hadapan tim penguji dan para hadirin yang hadir di acara tersebut. Presentasi yang disampaikan Abdul Wasik memulai dengan pengantar mengenai latar belakang penelitian, dimana ia menyoroti pentingnya inklusivitas agama dan bagaimana pemeluk agama sering kali menunjukkan keyakinan yang diskriminatif terhadap difabel. Berdasarkan data WHO, sebanyak 15% dari populasi global merupakan difabel, namun mereka masih menghadapi berbagai bentuk diskriminasi. Dalam konteks ini, penelitian Abdul Wasik bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana perilaku keagamaan difabel di perkotaan, khususnya di Kota Bandung.
Pendekatan Penelitian: Abdul Wasik menggunakan pendekatan sosiologi dan psikologi dalam penelitiannya untuk memahami dimensi keberagamaan difabel. Ia memaparkan bagaimana difabel di perkotaan menghadapi tantangan dan hambatan dalam mengakses layanan keagamaan yang inklusif. Melalui model sosial dan medis, penelitian ini juga mengulas tentang penerimaan masyarakat yang masih variatif dan cenderung eksklusif terhadap difabel.
Kontribusi dan Kebaruan Penelitian: Penelitian Abdul Wasik berkontribusi secara teoritis dalam inklusivitas agama dan teologi disabilitas, serta secara praktis dalam mengidentifikasi tantangan dan peluang bagi inklusivitas difabel. Ia menyoroti bahwa studi sebelumnya lebih banyak memfokuskan pada aksesibilitas fisik dan kehidupan difabel tanpa melibatkan aspek agama. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan pandangan baru tentang peran agama dalam mendukung difabel.
Kesimpulan Penelitian: Kesimpulan yang disampaikan oleh Abdul Wasik menunjukkan bahwa keberagamaan difabel tidak berbeda dengan non-difabel dalam hal spiritualitas, namun dalam konteks sosial perkotaan, difabel cenderung berkelompok dan menggunakan agama sebagai sarana koping serta aktualisasi diri. Penelitian ini juga menekankan perlunya pengembangan program keagamaan yang inklusif dan ramah difabel, serta pentingnya keterlibatan difabel dalam kegiatan keagamaan.
Rekomendasi dan Implikasi: Abdul Wasik merekomendasikan penguatan kajian tentang difabel dari berbagai disiplin ilmu serta peningkatan layanan keagamaan di lingkungan pendidikan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan akademisi untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi difabel.
Presentasi Abdul Wasik mendapatkan apresiasi dari para penguji dan tamu undangan karena berhasil menunjukkan relevansi dan kontribusi signifikan dari penelitiannya. Sidang senat terbuka ini menegaskan komitmen Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam mendukung penelitian-penelitian yang berdampak positif bagi masyarakat luas.
Setelah melalui serangkaian proses ujian yang ketat, Abdul Wasik berhasil meraih gelar doktor dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,92. Prestasi ini juga disertai dengan predikat “Pujian”, yang menunjukkan pencapaian akademisnya yang luar biasa selama menempuh studi doktoral. Keberhasilan Abdul Hanan ini menambah deretan prestasi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam menghasilkan doktor-doktor berkualitas.
Dengan raihan gelar doktor ini, Abdul Wasik tercatat sebagai doktor ke-857 yang diluluskan oleh Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Selain itu, ia juga menjadi doktor ke-189 yang berhasil meraih gelar di bidang Studi Agama-Agama. Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Abdul Hanan dan keluarganya, tetapi juga bagi seluruh civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Acara sidang senat terbuka ini ditutup dengan ucapan selamat dari seluruh anggota tim penguji dan tamu undangan kepada Dr. Abdul Wasik. Keberhasilannya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berprestasi dan memberikan kontribusi nyata dalam bidang keilmuan yang mereka tekuni. Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung terus berkomitmen untuk mendukung dan menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.