Urgensi keterampilan menulis dan menyusun sebuah karya tulis ilmiah, dirasa cukup tinggi mengingat kebutuhan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di zaman sekarang. Beberapa aktivis akademik pada realitanya kesulitan melakukan hal tersebut meskipun buah pemikiran dan logika edukatif yang dimiliki sejatinya sangat mumpuni. Tentu problematika tersebut cukup riskan apabila tidak mendapat perhatian khusus, guna mengoptimalkan banyak hasil temuan yang kemudian kurang tersosialisasikan secara luas sebab publikasi yang tersendat prosesnya.
Begitupun dengan Mahasiswa S2 BIB Kemenag LPDP Prodi PAI Pascasarjana UIN SGD Bandung. Sebagai mahasiswa penerima beasiswa pendidikan, tentu muncul tuntutan pemahaman komprehensif dalam hal penulisan karaya tulis yang layak untuk kemudian dipublikasikan. Menyadari hal tersebut, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2023 menyelenggarakan kegiatan bertajuk, “Pelatihan Academic Writing Mahasiswa S2 BIB Kemenag LPDP Prodi PAI Pascasarjana UIN SGD Bandung”.
Agenda yang diselenggarakan di Aula Lantai 3 Pascasarjana Kampus II UIN Sunan Gunung Djati Bandung tersebut bersamaan dengan perayaan Hari Lahir Pancasila, Kamis 01 Juni 2023. Dr. Wahyudin Darmalaksana, M.Ag. selaku founder “Kelas Menulis” Fakultas Ushuluddin, hadir sebagai fasilitator. Program pelatihan ini diikuti 21 mahasiswa, yaitu; Fitriani, S.Ag. (Sukabumi, Jawa Barat), Dian Nupus, S.Pd. (Serang, Banten), Nurul Azizah, S.Hum. (Medan, Sumatera Utara), Reksahati Wulandari, S.Pd. (Bandung, Jawa Barat), Ahsanur Rifqi, S.Pd.I (Langsa, Aceh), Ahmad Jailani Nasution, S.Pd.I (Tapanuli Tengah, Sumatera Utara), Ahmad Tamim, S.Pd. (Lombok NTB), Sri Wisnu Nugraha N, SH.I (Bandung, Jawa Barat), Ahmad Tauviqillah, S.Pd. (Rembang, Jawa Tengah), Izzatun Najiha, S.Pd. (Lombok Timur NTB), Jamal, S.Pd. (Cirebon, Jawa Barat), Muhammad Polem, S.Pd. (Kepahiang, Bengkulu), Usman Agustin, S.Pd. (Bandung, Jawa Barat), Nur Wahyu Ningsih, S.Pd. (Sinjai, Makassar), Abdul Muchlis, S.Pd. (Brebes, Jawa Tengah), Nurul Azizatul Isnaini, S.Pd. (Lombok, NTB), Ferina Yulianti, S.Pd. (OKU Timur, Sumatera Selatan), Muflihah, S. Si. (Sengkang, Makassar), Septia Nur Saputri, S.Pd. (Lombok, NTB), Nurdiyanto, S. Pd. (Serang, Banten), dan Nadya Ilma Rosyida, S.Pd. (Pekalongan, Jawa Tengah). Sumber: yudidarma.id
Dukungan penuh terhadap penyelenggaraan kegiatan ini disampaikan secara tersirat oleh Rektor UIN Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., serta Direktur Pascasarjana UIN Bandung, Prof. Dr. Supiana, M.Ag. dapat dipahami bahwa seluruh elemen akademika yang ada sepakat bahwa writing skills merupakan aspek penting dalam ranah keilmuan. Pada pelatihan ini sendiri, pembahasan difokuskan pada aspek design thinking yang menjadi landasan logis proses penulisan suatu karya ilmiah. Dengan menguasai design thinking secara akurat maka probabilitas keberhasilan penulisan mampu lebih ditingkatkan. Efisiensi menulis pun relatif lebih baik. Itulah mengapa mahasiswa perlu menguasainya dengan optimal.
Berbicara mengenai desgin thinking sendiri, terdapat beberapa dimensi yang patut diberi perhatian khusus. Ada lima tahap dalam penerapan design thinking, yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Peserta kegiatan dituntut untuk menyimak pemberian materi yang disampaikan oleh fasilitator untuk kemudian melakukan simulasi sistematis untuk pengaplikasiannya. Tahap pertama emphatize, merupakan usaha untuk mendapatkan pemahaman empatik dari fenomena yang terjadi kemudian dipecahkan. Tahap ini melibatkan pendekatan terhadap realitas sosial dengan mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tahap ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk bertemu langsung dengan objek penelitian dan mengerti betul kondisi lapangan dan apa saja yang menjadi masalah. Sedangkan pada tahapan define, segala informasi yang didapatkan dari tahap emphatize dikumpulkan, dianalisis, kemudian disintesis untuk menentukan masalah inti yang akan diidentifikasi sebagai fokus penelitian. Tahap define akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah yang ada, karena terdapat penetapan masalah yang spesifik guna memfokuskan penulis maupun peneliti.
Tahap selanjutnya, ideate, adalah tahap menghasilkan ide. Semua ide akan ditampung untuk menyelesaikan masalah yang sudah ditetapkan pada tahap define. Setelah itu, dilakukan penyelidikan dan pengujian ide-ide untuk menemukan cara terbaik dalam memecahkan masalah atau menyediakan elemen yang diperlukan untuk menghindari masalah-masalah yang bisa saja terjadi. Kemudian pada tahap prototype, versi produk yang paling kecil dengan beberapa fitur akan dihasilkan. Hal ini dilakukan untuk menyelidiki solusi masalah yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Prototype bisa diuji dalam tim sendiri maupun orang di luar tim. Ketika ada masukan, maka dilakukan perbaikan lagi pada prototype ini, sehingga dihasilkan prototype yang benar-benar bagus. Terakhir, testing atau pengujian dilakukan terhadap karya ilmiah kepada masyarakat atau pengguna umum. Kemudian hasilnya akan dilakukan perubahan dan penyempurnaan untuk menyingkirkan solusi masalah dan mendapatkan pemahaman yang mendalam terkait hasil temuan ilmiah dari penulisnya.
Tak hanya sekedar pendalaman materi di atas, namun mahasiswa yang hadir sebagai peserta pun diarahkan ke dalam sebuah simulasi untuk memastikan pemahaman yang mereka miliki atas konten utama pelatihan yang ada. Sebelum pelatihan berlangsung, peserta telah mengirimkan naskah artikel ilmiah untuk dilakukan umpan balik (feedback). Selanjutnya, setelah pelatihan design thinking, peserta akan mengirim ulang perbaikan naskah mengacu pada prototype yang disepakati sebagai pelaksanaan test. Secara khusus, fasilitator memberikan komentar terkait pelatihan yang dilakukan, “Prototipe mesti terus dikembangkan sebagai standar acuan untuk mengasilkan tulisan sesuai kelayakan publikasi ilmiah”
[Penulis : Ilman]