Bertempat di Gran Senyiur Hotel, Kalimantan Timur, konferensi ini mengangkat tema besar “Religion, Humanity, and Global Justice: Contributions of Islamic Discourses for Sustainable Peace”. Dengan tujuan utama memperkuat kontribusi akademik Islam dalam mewujudkan perdamaian dunia yang berkelanjutan, acara ini mengundang para akademisi, mahasiswa pascasarjana, serta pemangku kepentingan dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan Swasta (PTKIS) di seluruh Indonesia.
Para peserta konferensi ini diberikan kesempatan untuk mempresentasikan karya ilmiah yang berlandaskan penelitian, tesis, atau disertasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keilmuan Islam. Acara ini tidak hanya berfungsi sebagai panggung diskusi akademik, tetapi juga sebagai wadah kolaborasi antar pakar dalam membahas isu-isu penting yang mencakup ekonomi syariah, hak asasi manusia, pendidikan, ekologi, sosiologi agama, dan psikologi agama.
Dihadiri oleh sejumlah pembicara kunci seperti Duta Besar Jepang, Australia, Jerman, dan Turki, serta akademisi terkemuka, seperti Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.A. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, konferensi ini diharapkan dapat memberikan perspektif global dalam kajian Islam. Dalam acara ini, perwakilan Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung juga turut berkontribusi aktif, di antaranya melalui presentasi oleh beberapa tokoh penting.
Prof Ajid Thohir
Materi: Peran Kyai dalam Pendidikan Kewirausahaan pada Masyarakat Perkotaan
Prof. Ajid Thohir menjelaskan bahwa “kyai dapat menjadi motor penggerak dalam pengembangan kewirausahaan berbasis nilai-nilai Islam. Dalam konteks masyarakat perkotaan, pendidikan kewirausahaan di pesantren Jabar antara ABandung, Al-Muhajirin Purwakarta, dan Darussalam Sumedang, memiliki peran penting untuk membekali santri dengan keterampilan praktis dan pola pikir inovatif. Pesantren di kawasan perkotaan didorong untuk mengintegrasikan pelatihan usaha kecil menengah (UKM), manajemen bisnis, dan teknologi dalam kurikulumnya, agar santri mampu bersaing dan menghadapi tantangan ekonomi modern.”
Prof Aden Rosadi
Materi: Peran Kyai dalam Moderasi Beragama pada Masyarakat Pedesaan di Jawa Barat
Dalam paparan ini, Prof. Aden Rosadi memaparkan bagaimana kyai berperan dalam menanamkan nilai-nilai moderasi beragama di masyarakat pedesaan. “Kyai tidak hanya berfungsi sebagai guru agama, tetapi juga sebagai mediator sosial yang mampu menyatukan berbagai elemen masyarakat. Melalui pendekatan budaya lokal, kyai diharapkan dapat mencegah ekstremisme dan menciptakan harmoni sosial yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang toleran dan inklusif.”
Prof Dindin Solahudin
Materi: History of Pattani Muslims in Southern Thailand: Analysis of the Birth of Conflicts in Religious, Social and Cultural Diversity, Prof. Dindin Solahudin mengulas dinamika konflik yang terjadi di Pattani, Thailand Selatan, yang disebabkan oleh marginalisasi politik, ekonomi, dan budaya terhadap komunitas Muslim. Mereka menyoroti pentingnya pendekatan berbasis budaya dan dialog antaragama untuk meredakan ketegangan. Dalam hal ini, Islam dipandang sebagai sumber nilai yang dapat memfasilitasi perdamaian dan memperkuat identitas lokal masyarakat Pattani.
Prof Yusuf Wibisono
Materi: Agama dan Pemulihan Pasca Konflik di Poso. Prof. Yusuf Wibisno memaparkan strategi rekonsiliasi pasca-konflik yang berbasis pada ajaran agama, yang berperan penting dalam memulihkan hubungan sosial melalui penguatan nilai-nilai seperti saling memaafkan dan kerjasama antar kelompok. Kyai dan tokoh agama lainnya memainkan peran sebagai jembatan dialog antara kelompok-kelompok yang berkonflik, menciptakan ruang untuk membangun kembali kepercayaan dan solidaritas sosial yang telah terpecah.
Selain para pembicara yang telah disebutkan, Prof. Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Ag. hadir sebagai peserta tanpa memberikan presentasi. Kehadirannya turut memperkaya diskusi dalam acara ini. Konferensi ini bertujuan untuk mengadaptasi studi Islam dengan perubahan zaman, mendukung program akademik pascasarjana di Indonesia, serta meningkatkan reputasi penelitian dan publikasi dosen dan mahasiswa pascasarjana.
Prof Badrudin
Membahas Leadership Development of Islamic Postgraduate Students, dengan fokus pada pengembangan kepemimpinan transformasional yang mendorong kreativitas, pemikiran kritis, serta perilaku etis di kalangan mahasiswa pascasarjana.
Dr Ending Solehudin
Menyampaikan Contribution of Fatwa of Tarjih Muhammadiyah Council on Zakat, yang mengkaji relevansi zakat korporasi sebagai solusi ekonomi berbasis teori maslahah yang dapat menciptakan keadilan sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, kontribusi dari perguruan tinggi lainnya juga menarik perhatian. Misalnya, Dr. Muhyar Fanani dari UIN Walisongo Semarang membahas Permendikbudristek No. 53/2023 dan Implikasinya pada Kurikulum Pascasarjana, yang menekankan pentingnya penerapan Outcome-Based Education (OBE) dalam pendidikan pascasarjana untuk meningkatkan kualitas dan relevansi kurikulum. Wahidmurni, Ph.D. dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang juga membahas Rekonstruksi Kurikulum Pascasarjana Berdasarkan Permendikbudristek No. 53/2023, yang mencakup pentingnya peningkatan bobot tesis hingga 18 SKS untuk meningkatkan daya saing internasional.
Konferensi ini juga berupaya memperkuat lingkungan ilmiah melalui pembentukan asosiasi ilmiah, serta memberikan penghargaan atas penelitian dan publikasi terbaik. Makalah-makalah yang terpilih dalam sesi paralel akan dipublikasikan dalam prosiding ber-ISSN dan jurnal terakreditasi nasional, menjadikan acara ini sebagai langkah penting dalam memperkuat daya saing akademik Islam di tingkat global.
SILAKNAS XI FORDIPAS PTKIN
Seiring dengan berlangsungnya INCOILS IV, Forum Direktur Pascasarjana (FORDIPAS) PTKIN se-Indonesia juga menggelar Silaturahim Kerja Nasional (SILAKNAS) XI dengan tema “Kontribusi Pascasarjana PTKIN dalam Peningkatan Mutu Kualitas Tridharma Perguruan Tinggi”. Forum ini menjadi wadah diskusi bagi para pemimpin program pascasarjana di seluruh PTKIN Indonesia untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi Islam, khususnya di tingkat pascasarjana.
SILAKNAS XI mencakup enam bab utama yang dibahas secara mendalam, mulai dari sejarah perkembangan Pascasarjana PTKIN, peluang dan tantangan yang dihadapi, hingga bagaimana integrasi kelembagaan dan inovasi keilmuan dapat dioptimalkan. Diskusi ini juga menekankan pentingnya penyesuaian kurikulum untuk memenuhi tuntutan zaman dan meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya melalui penerapan sistem Outcome-Based Education (OBE) yang disesuaikan dengan Permendikbud 53/2023. Selain itu, ada juga pembahasan mengenai penyesuaian beban SKS yang relevan dengan standar internasional serta penghapusan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) untuk program S3.
Rekomendasi yang dihasilkan SILAKNAS XI antara lain adalah perlunya penyesuaian kurikulum berbasis OBE, penyesuaian beban SKS untuk memperkuat kualitas penelitian, serta penghapusan RPL untuk program S3 agar lebih fokus pada kualitas pendidikan dan penelitian yang dihasilkan. SILAKNAS XI juga menyoroti pentingnya meningkatkan kolaborasi antar PTKIN, serta mengoptimalkan penggunaan teknologi dan pendekatan inovatif dalam proses pembelajaran.
Kombinasi antara INCOILS IV dan SILAKNAS XI ini mencerminkan komitmen dunia akademik Islam Indonesia untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan tinggi Islam, serta memperkuat posisinya di panggung internasional. Diskusi-diskusi yang terjadi dalam kedua acara tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam membentuk arah pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, serta menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.