Disertasi Bertajuk Kajian Al-Qur’an Melalui Media Virtual Mengantarkan Dr. Abdul Hanan Meraih Pujian

Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sebagai sebuah lembaga kependidikan, tentu mengemban tugas mulia untuk mengembangkan berbagai aspek dalam ruang lingkup ilmu pengetahuan. Ketersediaan sarana maupun prasarana di lingkungan kampus, tidak lain bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa maupun civitas akademik dalam mewujudkan hal tersebut. Salah satu peran yang dioptimalisasi yakni sebagai agen penghasil praktisi keilmuwan yang berkompeten dan memiliki kapabilitas mumpuni serta daya juang tinggi berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung kembali menggelar sidang senat terbuka untuk promosi doktor pada hari Selasa, 23 Juli 2024. Pada sidang ini, Abdul Hanan hadir sebagai promovendus yang diuji secara terbuka untuk meraih gelar doktor di bidang Studi Agama-Agama. Acara ini berlangsung dengan khidmat dan penuh antusiasme di kalangan akademisi dan tamu undangan.

Tim penguji pada sidang senat terbuka ini terdiri dari para akademisi terkemuka di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Prof. Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Ag. bertindak sebagai Ketua Sidang dan representasi guru besar. Prof. Dr. H. Asep Mühyiddin, M.Ag. menjabat sebagai Ketua Promotor, didampingi oleh Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag. dan Dr. Solehudin, M.Ag. sebagai anggota promotor. Para oponen ahli yang hadir untuk menguji adalah Prof. Dr. H. M. Yusuf Wibisono, M.Ag, Prof. Dr. H. Dindin Solahudin, MA, Prof. Dr. H. Dody S. Truna, MA, dan Dr. Hendar Riyadi, M.Ag.

Presentasi Abdul Hanan pada sidang senat terbuka dengan judul penelitian “Kajian Al-Qur’an Melalui Media Virtual: Studi Kritis Terhadap Penafsiran Al-Qur’an Buya Syakur Yasin di Medsos” mengungkap sejumlah temuan penting terkait cara penafsiran Al-Qur’an di media virtual. Berikut adalah rangkuman dari materi yang disampaikan:

  1. Keterbatasan Media Virtual:

    • Abdul Hanan menjelaskan bahwa media virtual memiliki keterbatasan dalam menyediakan ruang yang cukup untuk merujuk pada sumber-sumber tafsir otoritatif. Hal ini menyebabkan penafsiran yang dilakukan di media virtual lebih bersifat reflektif secara kritis.
  2. Ketidakpatuhan pada Kaidah Penafsiran Otoritatif:

    • Penafsiran yang dilakukan oleh Buya Syakur melalui media virtual tidak sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah sistematika penafsiran yang otoritatif. Abdul Hanan menyoroti bahwa pendekatan yang diambil oleh Buya Syakur lebih fleksibel dan adaptif terhadap konteks media yang digunakan.
  3. Pengembangan Tafsir Berlandaskan Ideologi Jelas:

    • Penelitian ini menemukan bahwa pengembangan tafsir oleh Buya Syakur didasarkan pada ideologi atau etos yang mencakup rasionalitas, moderasi, keadilan sosial, dan supremasi hukum. Hal ini menunjukkan upaya untuk menyelaraskan penafsiran Al-Qur’an dengan nilai-nilai yang relevan dalam masyarakat modern.
  4. Sumber Tafsir Bil Ra’yi dan Metode Maudlul:

    • Abdul Hanan mengidentifikasi bahwa Buya Syakur menggunakan sumber tafsir bil ra’yi, dengan orientasi wasatiyah (moderat) sufistik. Metode ini memberikan ruang bagi interpretasi yang lebih personal dan reflektif, dibandingkan dengan pendekatan yang lebih tradisional.

Kesimpulan Penelitian: Abdul Hanan menyimpulkan bahwa penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an oleh Buya Syakur melalui media virtual cenderung menggunakan imajinasi secara reflektif kritis. Dalam proses ini, penggunaan sumber, metode, dan orientasi penafsiran sangat dipengaruhi oleh isu-isu sosial yang relevan dengan keahlian Buya Syakur. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman kontekstual dalam penafsiran Al-Qur’an di era digital, serta kontribusi yang dapat diberikan oleh metode reflektif kritis terhadap dialog keagamaan di media sosial.

Presentasi ini mendapatkan apresiasi dari para penguji karena tidak hanya menunjukkan kedalaman analisis, tetapi juga relevansi dan kontribusi signifikan dalam bidang Studi Agama-Agama.

Setelah melalui serangkaian proses ujian yang ketat, Abdul Hanan berhasil meraih gelar doktor dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,87. Prestasi ini juga disertai dengan predikat “Pujian”, yang menunjukkan pencapaian akademisnya yang luar biasa selama menempuh studi doktoral. Keberhasilan Abdul Hanan ini menambah deretan prestasi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam menghasilkan doktor-doktor berkualitas.

Dengan raihan gelar doktor ini, Abdul Hanan tercatat sebagai doktor ke-856 yang diluluskan oleh Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Selain itu, ia juga menjadi doktor ke-188 yang berhasil meraih gelar di bidang Studi Agama-Agama. Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Abdul Hanan dan keluarganya, tetapi juga bagi seluruh civitas akademika UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Acara sidang senat terbuka ini ditutup dengan ucapan selamat dari seluruh anggota tim penguji dan tamu undangan kepada Abdul Hanan. Keberhasilannya diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berprestasi dan memberikan kontribusi nyata dalam bidang keilmuan yang mereka tekuni. Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung terus berkomitmen untuk mendukung dan menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.